Minggu, 11 Maret 2012

percaya diri


Ada ekspresi khas dalam wawancara pekerjaan dari kebanyakan lulusan Universitas, bila ditanyakan, “Bagaimana kamu melihat hidupmu tiga tahun mendatang?”. Pengalaman saya jarang menemukan sarjana baru yang secara spontan menggambarkannya dengan baik apa yang ada dalam pikirannya. Kebanyakan malah memberikan reaksi dengan body-language yang standard: mata melirik ke atas (seolah-olah mencari cicak di langit-langit), kemudian memandangi lagi si pewawancara sambil tersenyum lebar, sembari kemudian berkata bingung, “Bagaimana ya?”.

Ada banyak orang yang hidup bagaikan kepompong. Tidak tahu apa yang harus diperbuat dengan masa depan hidupnya. Mereka tidak mempunyai konsep diri yang jelas, sehingga ia merasa sendirian, gelap dan menakutkan. Padahal semua kepompong mempunyai potensi (potential within) untuk menjadi seekor kupu-kupu yang cantik. Kepompong terlalu cepat menghukum dirinya sendiri, ia tidak tahu bahwa dia harus mengalami transformasi untuk menjadi kupu-kupu yang cantik.

Kita semua bukanlah kepompong. Kita semua tahu, suatu saat kita akan menjadi “kupu-kupu” yang cantik. Bukankah kita semua sudah dilengkapi dengan potensi diri masing-masing? Yang kita perlukan sekarang adalah secara aktif masuk dalam proses “transformasi diri” yang sebenarnya sangat terbuka dengan berbagai macam kemungkinan. Jangan cepat menganggap Anda sendirian, gelap dan takut dengan apa yang Anda hadapi sekarang ini. Itu semua adalah bagian dari proses transformasi yang sedang Anda jalani. Percayalah .



sumber http://latihansoal.com/percaya-diri-lamaran-kerja-wawancara.php

Minggu, 04 Maret 2012

Peralatan yang di gunakan untuk membuat batik tulis sebagai berikut :







  • Kain mori (bisa terbuat dari sutra atau katun)


digunakan untuk objek pembuatan batik.




















      • Gawangan
digunakan untuk menyampirkan kain 
















  • Canting dan Lilin (malam) yang dicairkan
-canting digunakan untuk menuliskan pola batik dengan lilin (malam) yang dipanaskan atau dicairkan  














  • Panci dan kompor kecil 
    digunakan untuk memanaskan lilin (malam)


















  • larutan pewarna
digunakan untuk mewarnai kain batik







Sabtu, 03 Maret 2012

Sejarah Batik Pekalongan


Siapa yang tidak kenal batik? sebagai warga negara Indonesia tentunya kita sangat kenal dan paham betul dengan salah satu warisan kekayaan budaya yang wajib kita jaga dan lestarikan keberadaannya, empat sertifikat dari UNESCO merupakan simbul pengakuan dunia terhadap beberapa warisan budaya Indonesia termasuk Batik. 


Berbagai kontroversi juga mengiringi keberadaan batik sebagai kekayaan budaya asli Indonesia, terutama dengan tetangga kita malaysia. Saya sebagai warga asli pekalongan sempat kecewa dengan tingkah laku negara tetangga dengan tindakannya mengklaim Batik sebagai budaya mereka.


Batik (atau kata Batik) berasal dari bahasa jawa "amba" yang berarti menulis dan "titik". Kata batik merujuk pada kain dengan corak yang dihasilkan oleh bahan "malam" yang diaplikasikan ke atas kain, sehingga menahan masuknya bahan pewarna.


Sejarah pembatikan di Indonesia berkait erat dengan perkembangan kerajaan Majapahit dan penyebaran ajaran Islam di Tanah Jawa. Dalam beberapa catatan, pengembangan batik banyak dilakukan pada masa-masa kerajaan Mataram, kemudian pada masa kerjaan Solo dan Yogyakarta.
kesenian batik ini di Indonesia telah dikenal sejak zaman kerajaan Majapahit dan terus berkembang pada kerajaan dan raja-raja berikutnya.


Sejarah Batik Pekalongan sendiri dimulai dari pasca peperangan dan perpecahan di lingkungan kerajaan Mataram. Peperangan melawan kolonial belanda maupun perpecahan di antara lingkungan kraton memang kerap kali terjadi, perkembangan secara signifikan baru terjadi setelah Perang Diponegoro atau juga disebut Perang Jawa (1825-1830) di kerajaan Mataram. Hingga pada suatu saat kondisi yang paling parah menyebabkan banyak keluarga-keluarga raja yang mengungsi dan menetap didaerah-daerah baru antara lain ke Pekalongan. Di daerah Pekalongan tersebut akhirnya batik tumbuh dengan pesat seperti di Buaran, Pekajangan dan Wonopringgo. Keluarga kraton yang mengungsi dan membawa pengikut-pengikutnya ke daerah baru itu, dan ditempat itu kerajinan batik terus dilanjutkan dan kemudian menjadi pekerjaan untuk mata pencaharian. Corak batik di daerah baru ini disesuaikan pula dengan keadaan daerah sekitarnya. 


Perkembangan budaya batik Pekalongan tidak sepenuhnya dikuasai pengusaha bermodal besar, akan tetapi bertopang pada ratusan pengusaha kecil dan hampir semua dikerjakan di rumah-rumah. Sehingga, Batik Pekalongan ini menyatu erat dengan kehidupan masyarakat Pekalongan.


Pekalongan merupakan kota yang paling dinamis dalam mengembangkan batik, karena batik sudah menjadi nafas hidup sehari-hari warga Pekalongan. Kota Pekalongan merupakan industri batik terbesar di Indonesia dan sudah selayaknya kalau dijuluki sebagai Kota Batik.